Monday, November 29, 2010

Secarik kenangan untuk saudariku


Bismillahirrahmanirrahim…

Secarik kenangan untuk saudariku.

Entah ana mau mulai dari bagian mana. Memang selalu begitu. Selalu tak tau dari mana awalnya, senyum, sapa, salam itu manjadikan rindu yang membuncah bila sehari saja tak bertemu kalian.

Saudariku…
Ana mulai dengan beribu maaf atas semua khilaf yang pernah mengukir hari-hari kita. Mungkin tak sengaja sikap ini menyinggung hati, ucapan ini mengukir luka.
Saudariku…
Terima kasih untuk semua tawa pada hari-hari ana. Untuk sandaran bahu saat ana ingin menangis. Untuk pelukan hangat saat ana merasa sendiri.
Saudariku…
Betapa ana mencintai kalian karena ALLAH. Sempat terlintas di benak. Bagaimana jika ana tak di pertemukan dengan kalian? Atau bagaimana jika kita bertemu tak dalam naungan dakwah?

Ya. Dakwah. Jawaban dari semua tanya. Sutradara yang disiapkan Sang Penulis Skenario Hidup untuk ana, dan untuk anti semua. Jalan panjang yang menjerumuskan ana hingga detik ini, bahkan sampai akhir nafas nanti bersamanya. Amiiin…

Fitriany Kaimudin (Khay, Fit, Si pipi bakso).
Seseorang yang ana kagumi kecerdasannya. Kecepatannya menghitung matematika. Ana pertama kali merasa kalah darinya. Mengenalnya saat kelas 1 SMA. Tak ada perkenalan resmi. Secara, dia terkenal gimanaaa getoo… yang kemudian menyatukan kami pada geng masa SMA (M-Girls). Tiga gadis yang berzodiak sama. Yang punya ke-egois-an masa SMA yang hampir sama. Ukhtiku sayang, bertahun mengenal anti membuat ana sadar, kita sengaja dipertemukan ALLAH untuk dakwah ini.

Mirta La Hamid (Mir, Ibu Putri -julukan baru-)
Saudariku yang pendiam, walau kadang cerewet. Sabar. Keibuan. Lemah lembut. Ingatkah anti pertama kali kita bertiga memilih jurusan. Sesuai dengan obsesi masing-masing. Sastra Inggris, Sastra Indonesia, Biologi. Sempat berpikir nekat untuk SNMPTN. Tapi ciut nyali saat melihat pelamar Unpatti yang berjibun jumlahnya. Dengan sedikit keterpaksaan dan nasehat panjang dari Ibunda Heddy tercinta, maka berkecimpunglah kita dalam dunia hitung-menghitung. MATEMATIKA. Dengan merancang kemungkinan lain untuk pindah program studi semester 3 nanti.

Maha Besar ALLAH. Mempertemukan kita dalam jurusan yang sama. Bagian dari rencana-rencana-NYA selanjutnya yang indah.

Pertama kali bertemu Al-Ikhwan.
Menemukan sebuah tenda yang berisi bazar buku karangan Habiburrahman el Shirazy (ayat-ayat cinta, di atas sajadah cinta, dll). Yang kemudian di jebak oleh K’Khoir untuk mengisi formulir yang se-HARUS-nya di kembalikan lagi, namun karena belum sempat mencuci foto 2x3 untuk di tempel pada formulir tersebut, maka jadilah formulir itu tak dikembalikan lagi. :)

Sahania Rumaru (Nia kecil)
Ukhti, ana uhibbukufillah. Ana lupa gimana ceritanya sampai dekat dengan anti. Saudariku yang keibuan. Penyabar. Penyayang. Sederhana. Yang ana tau kemudian, ana suka rindu sama anti. Sama senyum anti. Sama cerewetnya anti. Anti mengajari ana banyak hal. Mengajari ana bersyukur dan ikhlas. Mengajari ana tersenyum menghadapi semua masalah.

Rasina Rumata (Shina)
Saudari yang ana kagumi. Dikelilingi orang-orang hebat. Taukah anti, jika ana merasa sedih, ana ingat sama anti. Ana pengen di peluk anti. Bersandar di bahu anti. Hanya ingin melepas sedih. Hanya ingin sekedar mendengar nasehat anti yang menguatkan ana.

Kemudian,,, entah lagi siapa yang memulai duluan, bergabunglah kami ber-5 dan terbentuklah :
Ranger Akhwat.

Berkenalan dengan impian besar itu.
14 February 2009.
Saat ‘mereka’ sibuk ber-valentine-ria, maka “si MaBa” yang tak mengembalikan formulir itu di angkat sumpahnya bersama Al-Ikhwan. Maka hari itu pula ana diperkenalkan dengan mimpi besar dakwah. Mimpi besar Al-Ikhwan. “kita dirikan pesantren Unpatti”. Begitu Pak Ketua menyebutnya. *ngek? Gimana ceritanya Pak Ketua? Universitas negeri koq di buat pesantren. Yo wes-lah pokoknya. Ngangguk-ngangguk saja mendengar celotehan Pak ketua hari itu. Boro-boro mikirin kalimat Pak Ketua, ana malah pusing memikirkan, apa yang bakal ana kerjakan bersama Al-Ikhwan?

Badan Semi Otonom Mentoring Agama Islam (BSO-MAI).
Mentoring. Menyebalkan. Kenapa ana harus di-guru-i tentang agama? Ustad/dzah juga bukan koq? Tapi apa daya, keluguan ana dimanfaatkan dan dijerumuskan dalam pusaran mentoring. Ana terjebak. Menjalani minggu demi minggu pertemuan dengan sesekali sengaja  bolos jika bosan. :)
Dan kali ini, ana di jebak lagi untuk menjadi bagian dalam BSO-MAI, yang no-ta-be-ne meng-urus-i mentoring itu sendiri. Benar-benar terjebak. :D

Reni Handayani (K’Reni, komandan-Q tersayang)
Kakakku sayang. Yang begitu sabar menghadapi ana yang kepala batu sekalipun. Yang merangkul ana. Mengajarkan ana bermacam hal di BSO-MAI. Komandan tersibuk, walau anak buahnya cuma 2 orang. Komandan yang membuat rapat ber-3 menjadi santai kaya’ di pantai. Luph U Pull kk…

Bagaimanapun ceritanya itu, BSO-MAI yang dihuni 3 kader nyentrik, yang rapat ber-3, mikir ber-3, nyusun konsep ber-3, pusing ber-3, sibuk ber-3, namun di bantu oleh 3000 pasukan di sekelilingnya membuat kegiatan BSO-MAI tetap berjalan dengan seharusnya. Walau bolong sana-sini.

29 September 2009.
7 bulan.
Pagi. Seharusnya menjanjikan mimpi ketika kau bangun menyapanya. Tapi tidak untuk ana kali ini. Sebaliknya. Ana mengubur mimpi. Menambatkan tiang baru untuk mimpi baru ana. Setidaknya esok saat terbangun menyapa pagi lagi, ana tau harus kemana.

Maka begitulah rencana indah ALLAH berjalan sebagaimana mestinya.

20 November 2010.
Pagi. Menjanjikan indahnya hari ini. Namun muncul perlahan rasa itu. Menusuk pelan, namun bukan sakit. Ana akan kehilangan sesuatu.

21 November 2010.
Cerita panjang tentang dakwah. Tentang jalan setapak yang harus dilalui. Tentang tangis dan tawa yang tercipta hari ini. Tentang ukhuwah yang menyatukan kami. Tentang pelangi dalam perjuangan kami. Tentang perjuangan tanpa akhir. Tentang mencintai saudaranya karena ALLAH, karena Rasul-NYA.

Malam. Melewati hari panjang yang melelahkan. Ana sadar sangat sedikit yang ana berikan untuk dakwah. Hanya dalam jarak 7 bulan dan ana melenggang pergi. Meninggalkan amanah. Tanpa pamit. ALLAH sejuta tau yang ana butuhkan. Tapi apakah ALLAH juga tau apa yang ana inginkan? Sempat terlintas pertanyaan bodoh. Apa ALLAH adil buat ana? Apa ALLAH sayang sama ana? Terlintas lagi sebuah tauzih Pak Ketua, biarlah orang lain menjadi daun-daun yang berguguran, tapi kita tetap menjadi batang yang menjulang tinggi dan kokoh. Ya! Ana akan menjadi daun yang berguguran nantinya.
6 bulan meninggalkan dakwah. Namun sebaliknya, saat ana kembali ana merasa ditinggalkan. Merasa dakwah bukan lagi tempat ana. Tak ada lagi tempat untuk ana. Maka mungkin tak kan salah saat ana memutuskan untuk hengkang. Tak akan ada yang mencari ana dan meminta ana untuk kembali. Ana hanya ingin sendiri.

Sendiri. Ana mencoba berbaikan dengan keadaan. Bahwa ana akan menemukan jalan lain di luar sana. Tanpa dakwah. Tanpa saudara. Rasa kosong itu menghampiri. Menghimpit. Semua masalah seakan datang beruntun, tak lagi ngantri satu-satu. Ana merasa sendiri. Ditinggalkan. Ana tak ingin berharap anti mengerti keadaan ana. Bukankah anti sudah sering mengerti? Bahkan saat ana pergi? Ana hanya ingin kembali Rabb…

Dan ukhuwah mengenalkan ana tentang cinta karena ALLAH, karena Rasul-NYA. Ukhuwah memberikan ana do’a yang melimpah. Ukhuwah memberikan ana saudara, kakak, bahkan orang tua. Ukhuwah yang membuat ana bertahan. Bersama kalian ana kuat. Ana tau bahwa esok ana bisa menjalani semuanya. Ana tau bahwa esok akan menemukan akhir yang indah.
Dakwah. Menyediakan tempat teduh bernama Al-Ikhwan untuk ana. Menyediakan sandaran saat ana butuh tempat untuk beristirahat dari penatnya dunia. Memberikan pelukan hangat yang menguatkan. Memberikan jutaan kasih sayang yang berlimpah. Jutaan cinta kepada ALLAH dan Rasul-NYA. Jutaan tawa pengisi hari-hari ana. Yang akan menggenggam tangan ana. Yang akan menghapus air mata yang mengalir. Memberikan senyum pada setiap langkah perjuangan. Dakwah tak kan pernah membiarkan ana merasa sepi apalagi sendiri.

Mungkin tulisan ini tak begitu berarti. Ini hanya curhat colongan yang di-sengaja-kan.

Ana hanya tak ingin merasa kosong lagi. Ana takut berjalan sendiri. Ana tak mau ditinggalkan sendirian. Betapa ana menyayangi kalian…
Bahwa ALLAH Maha Adil pada ana. Bahwa ALLAH menyayangi ana dengan menghadirkan kalian mengisi hari-hari ana bersama dakwah. Bahwa ana ingin menjadi batang yang menjulang tinggi dan kokoh bersama kalian.
Ukhti, jangan pernah tinggalkan ana…!

Last but not least :
Widya Fitriany Bakir (K’Widhy)
Kakak tersayang yang menemani langkah kaki ana, menguatkannya di jalan dakwah. Memperkenalkan, menjerumuskan, dan menjebak ana dalam pusarannya. Hingga ana selalu rindu dan tak ingin keluar darinya. Bahkan sejauh apapun ana melangkah pergi, dakwah menarik ana kembali dalam pusarannya. Kakak yang begitu mengetahui tabiat ana.

Hingga ENGKAU mengambil ana kembali pada-MU ya Rabb, ana hanya ingin mengisi sisa usia ini dengan mengarungi dakwah bersama mereka…

Ku cinta kalian karena ALLAH.
*Home, 22.11.2010, 00:16

Monday, November 22, 2010

When I Miss You

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke siang dan Engkau masukkan siang kemalam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (3:26-27)

Ya ALLAH, sesungguhnya Engkau Mengetahui hati-hati ini berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Teguhkanlah Ya ALLAH, ikatannya.Kekalkanlah cinta kasihnya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati tersebut dengan cahaya-Mu yang tidak pernah hilang.Lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan iman kepada-Mu dan indahnya bertawakkal kepada-Mu. Hidupkanlah hati ini dengan ma'rifat kepada-Mu.
Matikanlah ia dalam syahid di jalan-Mu. Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.