Bismillahirrahmanirrahim…
Secarik kenangan untuk saudariku.
Entah ana mau mulai dari bagian mana.
Memang selalu begitu. Selalu tak tau dari mana awalnya, senyum, sapa, salam itu
manjadikan rindu yang membuncah bila sehari saja tak bertemu kalian.
Saudariku…
Ana mulai dengan beribu maaf atas semua
khilaf yang pernah mengukir hari-hari kita. Mungkin tak sengaja sikap ini
menyinggung hati, ucapan ini mengukir luka.
Saudariku…
Terima kasih untuk semua tawa pada
hari-hari ana. Untuk sandaran bahu saat ana ingin menangis. Untuk pelukan
hangat saat ana merasa sendiri.
Saudariku…
Betapa ana mencintai kalian karena
ALLAH. Sempat terlintas di benak. Bagaimana jika ana tak di pertemukan dengan
kalian? Atau bagaimana jika kita bertemu tak dalam naungan dakwah?
Ya. Dakwah. Jawaban dari semua tanya.
Sutradara yang disiapkan Sang Penulis Skenario Hidup untuk ana, dan untuk anti
semua. Jalan panjang yang menjerumuskan ana hingga detik ini, bahkan sampai
akhir nafas nanti bersamanya. Amiiin…
Fitriany Kaimudin (Khay, Fit, Si pipi
bakso).
Seseorang yang ana kagumi kecerdasannya.
Kecepatannya menghitung matematika. Ana pertama kali merasa kalah darinya. Mengenalnya
saat kelas 1 SMA. Tak ada perkenalan resmi. Secara, dia terkenal gimanaaa
getoo… yang kemudian menyatukan kami pada geng masa SMA (M-Girls). Tiga gadis
yang berzodiak sama. Yang punya ke-egois-an masa SMA yang hampir sama. Ukhtiku
sayang, bertahun mengenal anti membuat ana sadar, kita sengaja dipertemukan
ALLAH untuk dakwah ini.
Mirta La Hamid (Mir, Ibu Putri -julukan
baru-)
Saudariku yang pendiam, walau kadang
cerewet. Sabar. Keibuan. Lemah lembut. Ingatkah anti pertama kali kita bertiga
memilih jurusan. Sesuai dengan obsesi masing-masing. Sastra Inggris, Sastra
Indonesia, Biologi. Sempat berpikir nekat untuk SNMPTN. Tapi ciut nyali saat
melihat pelamar Unpatti yang berjibun jumlahnya. Dengan sedikit keterpaksaan
dan nasehat panjang dari Ibunda Heddy tercinta, maka berkecimpunglah kita dalam
dunia hitung-menghitung. MATEMATIKA. Dengan merancang kemungkinan lain untuk
pindah program studi semester 3 nanti.
Maha Besar ALLAH. Mempertemukan kita
dalam jurusan yang sama. Bagian dari rencana-rencana-NYA selanjutnya yang
indah.
Pertama kali bertemu Al-Ikhwan.
Menemukan sebuah tenda yang berisi bazar
buku karangan Habiburrahman el Shirazy (ayat-ayat cinta, di atas sajadah cinta,
dll). Yang kemudian di jebak oleh K’Khoir untuk mengisi formulir yang
se-HARUS-nya di kembalikan lagi, namun karena belum sempat mencuci foto 2x3
untuk di tempel pada formulir tersebut, maka jadilah formulir itu tak
dikembalikan lagi. :)
Sahania Rumaru (Nia kecil)
Ukhti, ana uhibbukufillah. Ana lupa
gimana ceritanya sampai dekat dengan anti. Saudariku yang keibuan. Penyabar.
Penyayang. Sederhana. Yang ana tau kemudian, ana suka rindu sama anti. Sama
senyum anti. Sama cerewetnya anti. Anti mengajari ana banyak hal. Mengajari ana
bersyukur dan ikhlas. Mengajari ana tersenyum menghadapi semua masalah.
Rasina Rumata (Shina)
Saudari yang ana kagumi. Dikelilingi
orang-orang hebat. Taukah anti, jika ana merasa sedih, ana ingat sama anti. Ana
pengen di peluk anti. Bersandar di bahu anti. Hanya ingin melepas sedih. Hanya
ingin sekedar mendengar nasehat anti yang menguatkan ana.
Kemudian,,, entah lagi siapa yang
memulai duluan, bergabunglah kami ber-5 dan terbentuklah :
Ranger Akhwat.
Berkenalan dengan impian besar itu.
14 February 2009.
Saat ‘mereka’ sibuk ber-valentine-ria,
maka “si MaBa” yang tak mengembalikan formulir itu di angkat sumpahnya bersama
Al-Ikhwan. Maka hari itu pula ana diperkenalkan dengan mimpi besar dakwah. Mimpi
besar Al-Ikhwan. “kita dirikan pesantren Unpatti”. Begitu Pak Ketua
menyebutnya. *ngek? Gimana ceritanya Pak Ketua? Universitas negeri koq di buat
pesantren. Yo wes-lah pokoknya. Ngangguk-ngangguk saja mendengar celotehan Pak
ketua hari itu. Boro-boro mikirin kalimat Pak Ketua, ana malah pusing
memikirkan, apa yang bakal ana kerjakan bersama Al-Ikhwan?
Badan Semi Otonom Mentoring Agama Islam
(BSO-MAI).
Mentoring. Menyebalkan. Kenapa ana harus
di-guru-i tentang agama? Ustad/dzah juga bukan koq? Tapi apa daya, keluguan ana
dimanfaatkan dan dijerumuskan dalam pusaran mentoring. Ana terjebak. Menjalani
minggu demi minggu pertemuan dengan sesekali sengaja bolos jika bosan. :)
Dan kali ini, ana di jebak lagi untuk menjadi
bagian dalam BSO-MAI, yang no-ta-be-ne meng-urus-i mentoring itu sendiri.
Benar-benar terjebak. :D
Reni Handayani (K’Reni, komandan-Q
tersayang)
Kakakku sayang. Yang begitu sabar
menghadapi ana yang kepala batu sekalipun. Yang merangkul ana. Mengajarkan ana
bermacam hal di BSO-MAI. Komandan tersibuk, walau anak buahnya cuma 2 orang.
Komandan yang membuat rapat ber-3 menjadi santai kaya’ di pantai. Luph U Pull
kk…
Bagaimanapun ceritanya itu, BSO-MAI yang
dihuni 3 kader nyentrik, yang rapat ber-3, mikir ber-3, nyusun konsep ber-3,
pusing ber-3, sibuk ber-3, namun di bantu oleh 3000 pasukan di sekelilingnya
membuat kegiatan BSO-MAI tetap berjalan dengan seharusnya. Walau bolong
sana-sini.
29 September 2009.
7 bulan.
Pagi. Seharusnya menjanjikan mimpi ketika
kau bangun menyapanya. Tapi tidak untuk ana kali ini. Sebaliknya. Ana mengubur
mimpi. Menambatkan tiang baru untuk mimpi baru ana. Setidaknya esok saat
terbangun menyapa pagi lagi, ana tau harus kemana.
Maka begitulah rencana indah ALLAH
berjalan sebagaimana mestinya.
20 November 2010.
Pagi. Menjanjikan indahnya hari ini.
Namun muncul perlahan rasa itu. Menusuk pelan, namun bukan sakit. Ana akan
kehilangan sesuatu.
21 November 2010.
Cerita panjang tentang dakwah. Tentang
jalan setapak yang harus dilalui. Tentang tangis dan tawa yang tercipta hari
ini. Tentang ukhuwah yang menyatukan kami. Tentang pelangi dalam perjuangan
kami. Tentang perjuangan tanpa akhir. Tentang mencintai saudaranya karena
ALLAH, karena Rasul-NYA.
Malam. Melewati hari panjang yang
melelahkan. Ana sadar sangat sedikit yang ana berikan untuk dakwah. Hanya dalam
jarak 7 bulan dan ana melenggang pergi. Meninggalkan amanah. Tanpa pamit. ALLAH
sejuta tau yang ana butuhkan. Tapi apakah ALLAH juga tau apa yang ana inginkan?
Sempat terlintas pertanyaan bodoh. Apa ALLAH adil buat ana? Apa ALLAH sayang
sama ana? Terlintas lagi sebuah tauzih Pak Ketua, biarlah orang lain menjadi
daun-daun yang berguguran, tapi kita tetap menjadi batang yang menjulang tinggi
dan kokoh. Ya! Ana akan menjadi daun yang berguguran nantinya.
6 bulan meninggalkan dakwah. Namun
sebaliknya, saat ana kembali ana merasa ditinggalkan. Merasa dakwah bukan lagi
tempat ana. Tak ada lagi tempat untuk ana. Maka mungkin tak kan salah saat ana
memutuskan untuk hengkang. Tak akan ada yang mencari ana dan meminta ana untuk
kembali. Ana hanya ingin sendiri.
Sendiri. Ana mencoba berbaikan dengan
keadaan. Bahwa ana akan menemukan jalan lain di luar sana. Tanpa dakwah. Tanpa
saudara. Rasa kosong itu menghampiri. Menghimpit. Semua masalah seakan datang
beruntun, tak lagi ngantri satu-satu. Ana merasa sendiri. Ditinggalkan. Ana
tak ingin berharap anti mengerti keadaan ana. Bukankah anti sudah sering
mengerti? Bahkan saat ana pergi? Ana hanya ingin kembali Rabb…
Dan ukhuwah mengenalkan ana tentang
cinta karena ALLAH, karena Rasul-NYA. Ukhuwah memberikan ana do’a yang
melimpah. Ukhuwah memberikan ana saudara, kakak, bahkan orang tua. Ukhuwah yang
membuat ana bertahan. Bersama kalian ana kuat. Ana tau bahwa esok ana bisa
menjalani semuanya. Ana tau bahwa esok akan menemukan akhir yang indah.
Dakwah. Menyediakan tempat teduh bernama
Al-Ikhwan untuk ana. Menyediakan sandaran saat ana butuh tempat untuk
beristirahat dari penatnya dunia. Memberikan pelukan hangat yang menguatkan.
Memberikan jutaan kasih sayang yang berlimpah. Jutaan cinta kepada ALLAH dan
Rasul-NYA. Jutaan tawa pengisi hari-hari ana. Yang akan menggenggam tangan ana.
Yang akan menghapus air mata yang mengalir. Memberikan senyum pada setiap
langkah perjuangan. Dakwah tak kan pernah membiarkan ana merasa sepi apalagi
sendiri.
Mungkin tulisan ini tak begitu berarti.
Ini hanya curhat colongan yang di-sengaja-kan.
Ana hanya tak ingin merasa kosong lagi.
Ana takut berjalan sendiri. Ana tak mau ditinggalkan sendirian. Betapa ana menyayangi
kalian…
Bahwa ALLAH Maha Adil pada ana. Bahwa
ALLAH menyayangi ana dengan menghadirkan kalian mengisi hari-hari ana bersama
dakwah. Bahwa ana ingin menjadi batang yang menjulang tinggi dan kokoh bersama
kalian.
Ukhti, jangan pernah tinggalkan ana…!
Last but not least :
Widya Fitriany Bakir (K’Widhy)
Kakak tersayang yang menemani langkah
kaki ana, menguatkannya di jalan dakwah. Memperkenalkan, menjerumuskan, dan
menjebak ana dalam pusarannya. Hingga ana selalu rindu dan tak ingin keluar
darinya. Bahkan sejauh apapun ana melangkah pergi, dakwah menarik ana kembali
dalam pusarannya. Kakak yang begitu mengetahui tabiat ana.
Hingga ENGKAU mengambil ana kembali
pada-MU ya Rabb, ana hanya ingin mengisi sisa usia ini dengan mengarungi dakwah
bersama mereka…
Ku cinta kalian karena ALLAH.
*Home, 22.11.2010, 00:16