Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi
Thalib bahwa ia mengatakan : “Sesungguhnya dunia ini perlahan pergi
meninggalkan kita, sementara akhirat perlahan berjalan mendekati kita, dan
masing-masing memiliki ‘anak’. Maka jadilah kalian sebagai ‘anak-anak akhirat’ dan
janganlah menjadi ‘anak-anak dunia’! Sebab hari ini adalah waktu untuk beramal
tanpa ada hisab sedikitpun, namun besok (akhirat) adalah waktu untuk melakukan
hisab dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal.”
Al-Hasan al-Bashry mengatakan
: “Sesungguhnya engkau tidak lain adalah sekumpulan hari-hari, setiap kali satu
hari berlalu maka berarti hilang pula sebagian dirimu.”
Seorang saleh pernah
mengatakan : “Malam dan siang selalu bergerak cepat mengurangi usia dan
mendekatkan ajal. Tidak mungkin berubah lagi, keduanya (siang dan malam) telah
menyertai Nuh, kaum ‘Ad, Tsamud, dan begitu banyak generasi di antara mereka.
Dan kini mereka telah menghadap Tuhan mereka dan melihat amal-amal mereka. Dan
sekarang, siang dan malam telah menjelma menjadi baru kembali, yang tidak
pernah peduli dengan apa yang telah mereka berdua alami, karena mereka bersiap
untuk melakukan kepada manusia yang tersisa apa yang sebelumnya telah mereka
lakukan kepada generasi terdahulu.”
Nabi berujar : “Mereka itu
adalah kaum yang sengaja dipercepat kenikmatan mereka di dunia ini, dan kita
adalah kaum yang kenikmatannya ditunda hingga hari akhirat.”
Rasulullah SAW mengatakan :
“Perbanyaklah mengingat Sang Penghancur segala kenikmatan.”
“Tidak satu jiwa pun
mengetahui di bumi mana ia akan mati.”
(Luqman, 31 : 34)
“Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat ALLAH. Barang
siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata : ‘Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’ Dan
ALLAH sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. Dan ALLAH Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”
(al-munafiqun, 63 : 26)
“(Demikianlah keadaan
orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata : ‘Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku
berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka
ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (al-mu’minun, 23 : 99-100)
Dan ketika kematian
menghampiri sahabat Abu Hurairah, beliau menangis. Beliau ditanya : ‘Apa yang
membuat anda menangis?’. Beliau menjawab : ‘Jauhnya jarak perjalanan, sedikitnya
bekal, dan akhir yang tidak diketahui; entah surga atau ke neraka.’
Saat kematian menjemput ‘Umar
bin Abd al-‘Aziz, ia mengatakan : ‘Tuhanku, Engkau telah perintahkan aku, namun
aku tidak menjalankan perintah-Mu. Engkau telah memarahi aku, namun aku tidak
kunjung mengerti. Hanya saja, aku mengucapkan : ‘La ilaha illallah’.’
Seorang shaleh pernah
menuliskan surat kepada saudaranya dengan mengatakan : ‘Wahai saudaraku, engkau
mungkin mengira bahwa engkau akan bermukim selamanya. Padahal engkau akan terus
menempuh perjalanan, engkau bahkan dituntun ke arah perjalanan itu
terus-menerus. Kematian terus berjalan ke arahmu, dan dunia dilipat dari
belakangmu. Usia yang telah berlalu, tidak akan dikembalikan padamu pada hari
penuh penyesalan.’
Seorang penyair mengatakan :
‘Hari-hari ini tidak lain adalah tahapan demi tahapan. Yang terus mendorong ke
arah kematian. Hal paling menakjubkan jika engkau perhatikan adalah tempat
perhentian terus digulung, namun sang musafir tetap saja duduk. Tak melanjutkan
perjalanannya.’
Seorang shaleh pernah bersyair
: ‘Aku sungguh tak tahu, jika aku berharap berusia panjang. Mungkin saat aku
tiba di pagi hari, aku tak lagi mampu tiba di sore hari. Tidakkah kau lihat
bahwa setiap pagi menjelang. Usiamu menjadi lebih pendek dari yang kemarin.’
Al-Hasan al-Bashry pernah
mengatakan : ‘Bersegeralah! Bersegeralah! Sebab hidup ini hanyalah sekumpulan
nafas yang andai ia ditahan, maka amal-amal kalian pun akan terhenti. Kematian
berada di atas pundak kalian, dan neraka berada di hadapan kalian, maka
bersiaplah selalu untuk terjadinya ketentuan ALLAH (kematian) disetiap siang
dan malam.’
‘Ali bin Zain al-‘Abidin
mengatakan : ‘Seorang asing bukanlah ia yang terasing di Syam atau di Yaman.
Seorang asing adalah ia yang asing dalam liang lahat dan kafannya. Perjalananku
jauh, namun bekalku tak mencukupi. Kekuranganku masih ada, namun kematian
selalu mencariku. Duhai, betapa penyesalan di hati ini begitu membunuhku.
Biarkan aku berduka untuk diriku dan menghiburnya. Melewati masa dengan mengingat
(mati) dan kesedihan. Shalatilah aku dengan shalat tanpa ruku’, tanpa sujud,
moga ALLAH sudi mengasihiku. Turunkanlah aku ke dalam kuburku dengan perlahan.
Dalam gelapnya kubur, tanpa ibu, tanpa ayah, tanpa saudara yang menemaniku.
Maka janganlah dunia dan keindahannya menipumu. Lihatlah apa yang ia lakukan
terhadap yang lain. Duhai jiwa, cukuplah sudah kedurhakaan ini dan kumpulkanlah
perilaku terpuji agar ALLAH mau merahmatiku.’
a book By; Dr. 'Amir Sa'id al-Zaibary